Eranya Disrupsi, Bagaimana dengan Sektor Pertanian?

Eranya Disrupsi, Bagaimana dengan Sektor Pertanian?

Angin perubahan dunia dalam 5 tahun terakhir ini sangat cepat.  Bisa-bisa jika tidak mengantisipasi untuk 5-10 tahun kedepan, apa yang kita lakukan akan menjadi “old school” alias kuno dan ketinggalan.   Dampaknya pengetahuan, keterampilan, keahlian kitab isa tidak terpakai dan tidak bisa bersaing dengan yang lain.  Dan bisa menjadi tenaga kerja yang tidak terpakai alias pengangguran.  Nah kalau sudah seperti ini bagaimana?

Hal simple yang saya lakukan saat ini akibat hadirnya marketplace adalah belanja online, yang dulu mana ada.  Kini dengan adanya Shopee, Tokopedia, Bukalapak, dll.  Cara berbelanja telah dimanjakan oleh adanya marketplace tersebut.   Bahkan untuk mencari barang-barang yang unik yang dulu harus datang langsung ke pasar, sekarang hanya search di marketplace, bandingkan tokonya, cari yang ongkirnya murah, beli, dan tunggu seminggu kemudian barangnya sampai.

Ya semudah itu sekarang kita belanja.  Itulah perubahan, disrupsi (disruption, gangguan) yang didorong oleh kemajuan teknologi, khususnya internet. Perubahan cepat telah mendorong dunia memasuki era revolusi industri yang keempat atau disebut juga industri 4.0 yang ditandai dengan penggunaan mesin-mesin otomasi yang terintegrasi dengan jaringan internet.  Pun demikian dengan sektor pertanian  – juga manusianya yaitu petani – harus mampu menghadapi perkembangan zaman di era disrupsi.

Apa era disrupsi itu? Disrupsi bisa diartikan masa di mana terjadi perubahan yang sangat mendasar di berbagai sektor kehidupan dengen otimasi yang terintegrasi dengan jaringan internet.  Namanya distupsi (gangguan) bisa berdampak positif dan juga sebalikanya.  Tergantung kita mau memanfaatkannya dari sisi yang mana.

Revolusi Industri 4.0 akan membawa kita ke persimpangan jalan menuju peradaban baru. Disrupsi teknologi menjadi penyebab utamanya.  Ada 5 teknologi utama yang menopang implementasi Industri 4.0 yaitu Internet of Things (IoT), Artificial Intelligence (AI), Human-Machine Interface, Teknologi Robotic dan sensor, serta Teknologi 3D Printing.

Genagraris dalam websitenya tahun 2018 (dalam Bahuam 2020) ada 8 teknologi yang berpotensi besar menjadi disrupsi, tak terkecuali disrupsi di sektor pertanian. Delapan teknologi tersebut empat diantaranya software dan empat lainnya hardware yang dalam penerapan formulasi IoT dapat merubah sektor pertanian secara menyeluruh.

1. 3D Printing. Teknologi 3D Printing merupakan teknologi yang sudah familier dikalangan masyrakat umum, akan tetapi teknologi ini belum dimanfaatkan secara masal, terutama untuk bidang agribisnis. Teknologi 3D Printing bisa digunakan sebagai alat pencetak/pembuat, peralatan dan perlengkapan dibidang pertanian dan peternakan, yang sifatnya sekali pakai yang jika dengan bahan atau cara pembuatan konfesional lebih tidak efisien.

2. Drone. Drone untuk pertanian sudah semakin marak digunakan untuk pemetaan lahan, penyemprotan, penyerbukan, pemantauan hewan ternak dan bidang pertanian lainnya.

3. Robot. Pengembangan robot pintar di bidang pertanian sudah semakin canggih, seperti merelokasi pot pada proses pembibitan, merawat tanaman, dan memerah sapi.

4. Artificial Intelligence (AI). Kecerdasan buatan untuk bidang pertanian sudah digunakan sebagai analisa pada pemetaan lahan, identifikasi hama pada tanaman dan hewan ternak, mengelolaan air pada tanaman dan lainnya yang memungkinkan penanganan dan perawatan tanaman dilakukan secara lebih tepat dan efektif.

5. Augmented Reality (AR).  Pengembangan teknologi AR di pertanian meliputi kegiatan simulasi budidaya tanaman sampai identifikasi bakteri pathogen pada bahan pangan. Teknologi ini akan marak digunakan oleh perusahaan yang bergerak dibidang pertanian, sebagai alat peraga atas produknya, menujukan proses budidaya, produksi dan manfaat atas produk dengan menggunakan teknologi AR menawarkan pengalaman yang baru dibidang pertanian.

6. Sensor. Teknologi sensor sudah lama digunakan pada industri peternakan. Pertama digunakan sebagai alat identifikasi hewan ternak. selanjutnya, penggunaan teknologi sensor berkembang sampai ke identifikasi kesehatan hewan ternak, udara dan lainnya.

7. Virtual Reality (VR). VR sudah digunakan di bidang peternakan sebagai sistem pemantau hewan ternak. Tak mustahil pemanfaatan teknologi ini dikembangkan untuk bidang lainnya di sektor pertanian, seperti sosialisasi program pertanian kepada masyarakat dan lainnya.

8. Blockchain. Pemanfaatan Blockchain, juga akan marak untuk bidang perdagangan komoditas, seperti untuk memprediksi harga komoditas, alat transaksi elektronik, dan lainnnya.

Disrupsi Sektor Pertanian

Sektor pertanian berperan penting dalam kontribusi peningkatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per Kapita, pertumbuhan ekonomi, penyumbang devisa dan menjadi fondasi perekonomian nasional. Sektor pertanian telah berkontribusi terhadap 13 % dari PDB dan merupakan sumber mata pencaharian bagi 33 juta petani.

Data Survei Pertanian Antar Sensus (SUTAS) BPS tahun 2018 menyebutkan, dari total 124,01 juta jiwa penduduk bekerja Indonesia, terdapat 35,7 juta orang atau 28,79 persen yang menjadi pekerja di sektor pertanian. Dari angka tersebut terlihat jelas bahwa sektor pertanian berperan vital menyerap tenaga kerja dalam peningkatan pendapatan per Kapita masyarakat dalam kerangka kesejahteraan.

Sebagai orang yang bekerja di sektor pertanian, pada subsektor industri agrokimia, praktek pertanian harus segera mempersiapkan sumberdaya dan mindset bahwa perubahan dan disrupsi di era industri 4.0 pada sektor pertanian adalah keniscayaan. Siap atau tidak siap harus dipersiapkan sebelum mati dan tenggelam.

Ini juga penting, sebagai #nasehatdiri dan self reminder untuk terus meningkatkan kapabilitas sesuai dengan tantangan di era perubahan ini.

Setidaknya ada 6 hal hal yang saat ini berkembang sebagai bentuk digitalisasi di sektor pertanian, yaitu:

  1. Precision farming dimana pertanian memanfaatkan big data dari data sensor yang diletakkan di daerah pertanian, dihubungkan dengan data cuaca, hasil panen, data satelit dan open data lainnya untuk menghasilkan pertanian yang lebih efektif, hemat dan tepat pengambilan keputusan. Digunakan untuk penerapan pupuk dan pestisida secara tepat guna dan tidak berlebih, pemilihan bibit yang paling cocok dengan lingkungan pertanian, dll
  2. Drone yang dimodel untuk membantu pemupukkan, aplikasi pestisida, dll.
  3. Internet of things untuk mengautomasi beberapa proses pertanian dan mengontrol dan monitor menggunakan remote atau gadget yang terkoneksi dengan internet.
  4. Digital marketing yang memungkinkan para petani untuk memasarkan hasil pertaniannya langsung ke end customer, retail atau B2B dibantu oleh beberapa marketplace.
  5. Fintech crowdfunding untuk mendapatkan akses permodalan bagi petani.
  6. Monitoring harga pasar realtime

Startup Sektor Pertanian Tawarkan Solusi Di Era Disrupsi

Saya yakin disrupsi di sektor pertanian ini telah ditangkap sebagai peluang bagi pihak-pihak yang konsen dengan perkembangan industri 4.0 ini.  Meski tidak semudah membalikan telapak tangan, disrupsi di bidang pertanian ini banyak sekali tantangan dan hambatan yang harus dibongkar oleh para startup ini.

Permasalah pertanian adalah masalah yang rumit, meski kita bangga menyatakan bahwa Indonesia adalah negara agraris.  Namun faktanya hampir semua kebutuhan pokok pangan masih harus impor.  Beras, bawang, cabai, dianataranya komoditas yang ramai diperbincangkan kala ada isu impor bahan pertanian.

Saat ini ada beberapa startup yang konsen dengan sektor pertanian dengan segala fasilitas dan layanan yang ditawarkan.  Mereka adalah:

  • iGrow: Startup ini menghubungkan antara investor, petani, dan pembeli produk pertanian.Para petani akan melakukan cocok tanam seperti biasanya. Namun, pengguna iGrow yang akan membeli hasil panen para petani tersebut. Konsep yang ditawarkannya adalah menjadi perantara antara pengguna iGrow dengan pemilik lahan pertanian.
  • Karsa:  Startup bidang pertanian berikutnya adalah Karsa. Startup satu ini memberikan konsep pemahaman kepada petani bahkan kepada pemula yang ingin belajar bercocok tanam. Karsa juga dapat menghubungkan pengguna dengan pihak pemerintah, pemilik produk pertanian dan pihak lainnya yang berhubungan dengan sektor pertanian. Karsa akan memberikan informasi mengenai cuaca, cara bercocok tanam, harga, dan berbagai fitur pemesanan peralatan untuk pertanian. Kelebihan Karsa adalah platform ini akan membantu pemula untuk belajar bercocok tanam.
  • 8Villages: Startup ini membantu menyelesaikan masalah yang dirasakan oleh petani dengan solusi yang diberikan oleh pakar.  Platform ini dapat menjadi wadah bagi para petani untuk bertukar pikiran mengenai sektor pertanian. Selain itu, ada juga fitur yang disediakan untuk menjual hasil sektor pertanian kepada pembelinya.
  • Eragano: Startup pertanian yang menyediakan beberapa layanan dalam satu aplikasi, yaitu membantu petani mendapatkan perlengkapan pertanian dan pupuk, menjual hasil panen, edukasi pengelolaan sawah, hingga pinjaman modal untuk petani.  Startup ini aktif memberikan edukasi kepada petani agar lebih melek kepada teknologi.
  • Habibi Garden: Perusahaan rintisan satu ini memiliki tujuan untuk membangun peradaban melalui internet of things (IOT) agriculture. Perusahaan yang satu ini memang menghadirkan solusi perawatan tanaman berbasis IOT. Startup ini membantu memberikan data pertanian terkini melalui smartphone.  Ada sensor yang digunakan untuk membantu mendapatkan data tersebut. Adapun data yang diberikan misalnya adalah kondisi tanah dan nutrisi dalam tanaman. Hal itu dapat membantu petani mengurangi biaya, meningkatkan produktivitas, dan mencegah gagal panen.
  • TaniHub:  Startup yang satu ini dikenal karena membangun ekosistem petani mulai dari pembiayaan, penanaman, hinga pemasasaran. Di aplikasi ini, produk pertanian masuk ke dalam marketplace sehingga memotong biaya petani untuk memasarkan produknya.  TaniHub sendiri merupakan aplikasi yang jadi bagian dari TaniGroup. Di dalam grup tersebut, tidak hanya ada TaniHub tetapi juga ada TaniFund.
  • Kedai Sayur: Layanan startup yang satu ini lebih fokus pada distribusi hasil pertanian berupa sayur-sayuran kepada konsumen. Dengan sistem mengajak tukang sayur konvensional bergabung menjadi bagian dari Kedai Sayur sebagai Mitra Sayur.  Mitra sayur ini menjadi satu layanan utama yang dihadirkan untuk memberikan kemudahan bagi para pengguna khususnya ibu rumah tangga yang ingin berbelanja kebutuhan sayur tanpa perlu bepergian, namun tetap mendapat kualitas sayur terbaik.
  • Eden Farm: Eden Farm lebih fokus untuk membawa hasil terbaik dari petani lokal ke berbagai restoran dan warung makan yang ada di Indonesia. Startup ini memiliki tujuan supaya usaha kuliner tanah air menggunakan bahan-bahan yang mayoritas berasal dari para petani lokal.  Eden Farm menjadi penyuplai berbagai jenis sayuran dan bahan makanan beragam seperti sayuran hidroponik, buah, dan bahan kering.
  • Amartha: Amartha adalah perusahaan investasi P2P Lending yang menghubungkan dan memberdayakan perempuan pengusaha mikro di pedesaan. Perlu kamu tahu, hingga saat ini 30% dari keseluruhan mitra Amartha adalah petani.  Amartha menawarkan keuntungan secara materi dan sosial. Secara materi, investor akan mendapatkan bagi hasil sampai 15% flat per tahun. Sementara secara sosial, investor telah mendorong perempuan di pedesaan untuk mandiri dan sejahtera secara ekonomi melalui modal yang diberikan.

Referensi:

  1. Mohamad Ikbal Bahua. · 2021, Inovasi Disruptif Penyuluhan Pertanian Di Era Revolusi Industri 4.0. Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo
  2. Glints.com: Startup Pertanian Indonesia: Ragam Solusi untuk Kegiatan Bertani
  3. Blog Amarta.com: Deretan Startup Anak Bangsa yang Dorong Kesejahteraan Petani Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *